Kamis, 05 Juli 2012

PERANAN PONDOK PESANTREN REHABILITASI MENTAL

BAB I 

PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang

  • Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan Islam, yakni lembaga yang digunakan untuk mempelajari agama Islam, sekaligus sebagai pusat penyebarannya. Sebagai pusat penyebaran agama Islam di pesantren dituntut untuk mengembangkan fungsi dan perannya, yaitu mengupayakan tenaga-tenaga atau misi-misi agama, yang nantinya diharapkan mampu membawa perubahan kondisi, situasi, dan tradisi masyarakat yang lebih baik. 

  • Dengan ini pondok pesantren diharapkan tidak hanya berkemampuan dalam pembinaan pribadi muslim yang islami, tetapi juga mampu mengadakan perubahan dan perbaikan sosial kemasyarakatan. Pengaruh pesantren sangat terlihat positif bila alumnusnya telah kembali ke masyarakat dengan membawa berbagai perubahan dan perbaikan bagi kehidupan masyarakat sekitarnya. 

  • Pada era globalisasi ini, pesantren dihadapkan pada perkembangan masalah yang sangat pesat, sehingga pesantren dituntut untuk harus bisa mengantisipasi perkembangan tersebut. Jika tidak, maka pesantren akan berada pada posisi yang tersisih. Bertolak dari hal tersebut, pesantren kini tidak harus memfokuskan perhatian pada lembaga pendidikan agama saja, melainkan juga harus mengembangkan fungsi dan perannya dalam rangka memperbaiki kondisi masyarakat yang mengalami krisis moral dan cenderung memperbaiki kondisi masyarakat yang mengalami krisis moral yang cenderung berbuat kriminal, mengidentifikasikan kurangnya pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap ajaran agama, sehingga keadaan demikian itu mereka anggap sebagai hal yang wajar terjadi. 

  • Faktor lingkungan dapat menjadi fenomena yang baik dan buruk yang dapat menjadi faktor kriminogen, yaitu faktor yang dapat berpengaruh terhadap timbulnya kejahatan. Perkembangan dan perubahan sosial dapat pula membawa akibat negatif, yakni timbulnya kenalan-kenakalan remaja serta timbulnya perbuatan-perbuatan yang mengarah pada tindakan kriminal.[1]

[1] Nanik Wijayanti dan Yulus, Kejahatan dalam Masyarakat dan Pencegahannya. Bima Aksara. Jakarta, 1987, hal : 1

jika anda pengen yang lengkap, silahkan unduh disini

Selasa, 26 Juni 2012

Peran Kepala Sekolah Dalam Usaha Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam

BAB I 

PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah


  • Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 


  • Tujuan pendidikan nasional ditekankan kembali dalam rumusan arah kebijakan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kualitas manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya pro aktif dan kreatif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat berkembang secara optimal. Rumusan tersebut sesuai dengan penjelasan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang[1]. Semua itu merupakan bagian dari program pendidikan nasional yang perlu diupayakan keberhasilannya, terutama oleh kualitas sumber daya manusianya baik yang menjadi pengambil keputusan, penentu kebijakan, pemikir dan perencana maupun yang menjadi pelaksana sektor kedepan dan pelaku fungsi kontrol atau pengawas pembangunan. 


  • Pendidikan mempunyai peran yang sangat besar dan sekaligus merupakan sumber daya yang sangat penting. Khususnya bagi negara yang sedang berkembang. Dari uraian di atas maka sebagai salah satu jalan keluar yang paling baik untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui jalan pendidikan karena pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan pendidikan akan membantu membentuk kepribadian dimasa yang akan datang dan sekaligus juga mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. 


  • Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam pembukaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 2 dan 3, yang berbunyi sebagai berikut: 

1. Pasal 2 : Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik  Indonesia Tahun 1945. 

2. Pasal 3 : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan serta bertanggung jawab.[2]


  • Sarana yang paling strategis untuk mewujudkan peningkatan sumber daya manusia adalah melalui pendidikan. Akan tetapi, bidang pendidikan yang strategis ini akan bermakna dan dapat mancapai tujuannya apabila pendidikan tersebut memiliki sistim yang relevan dengan pembangunan dan kualitas yang tinggi baik dari segi proses maupun hasilnya. Mengelola dan mengembangkan sekolah menjadi maju dan bermutu terletak pada mutu warga sekolah, misalnya kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa, masyarakat serta iklim dan kultur disekitarnya. 

[1] Undang-Undang Dasar 1945 (Jakarta: Pustaka Amani, 1993), hlm. 27. 
[2] Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Delpin, 2003), hlm.8 

jika anda pengen yang lengkap, silahkan unduh disini

Minggu, 10 Juni 2012

PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN PONDOK MODERN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME SANTRI

BAB I 

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  • Visi pembangunan di era reformasi diarahkan pada terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlaq mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum, dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin.[1]

  • Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional pada bidangnya masing-masing. Hal tersebut diperlukan, terutama untuk mengantisipasi era kesejagatan, khususnya globalisasi pasar bebas di lingkungan Negara-negara ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area), dan AFLA (Asean Labour Area), maupun di kawasan Negara-negara Asia Pasifik (APEC).[2]

[1] E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Rosda Karya, Bandung, 2004, h. 3
[2] Ibid,

jika anda pengen yang lengkap, silahkan unduh disini

PENGELOLAAN KELAS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA

BAB I 

PENDAHULUAN 


A. Latar Belakang Masalah

  • Tugas utama guru adalah menciptakan suasana dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh. Untuk itu guru seyogyanya memiliki kemampuan untuk melakukan interaksi belajar mengajar yang baik. Salah satu kemampuan yang sangat penting adalah kemampuan dalam mengelola kelas. 

  • Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar, yaitu pengelolaan kelas dan pengajaran itu sendiri. Kedua hal itu saling tergantung. Keberhasilan pengajaran, dalam arti tercapainya tujuan-tujuan intruksional sangat bergantung pada kemampuan mengelola kelas. Kelas yang baik dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa belajar sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran (Semiawan dkk, 1992: 63). Siswa dapat belajar dengan baik, dalam suasana yang wajar tanpa tekanan dan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Mereka memerlukan bimbingan dan bantuan untuk mamahami bahan pengajaran dalam berbagai kegiatan belajar. Untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan pengorganisasian atau pengelolaan kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi yang efektif, yang meliputi: tujuan pengajaran, pengaturan penggunaan waktu yang tersedia, pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran, serta pengelompokan siswa dalam belajar (Semiawan dkk, 1992: 64).

jika anda pengen yang lengkap, silahkan unduh disini

Minggu, 13 Mei 2012

Pelaksanaan kurikulum berbasis kompotensi (KBK) dalam meningkatkan mutu pendidikan agama islam

BAB I 

PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang

  • Selama ini proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) terfokus pada keaktifan seorang pendidik (guru). Sedangkan peserta didik diposisiskan sebagai objek yang tidak pernah menjadi subjek. Karena mutu pendidikan tak kunjung mengalami peningkatan menuju mutu yang lebih baik. Berangkat dari fenomena tersebut di atas muncullah suatu kurikulum baru yang diharapkan mampu mengatasi berbagai kelemahan dalam dunia pendidikan. 

  • Kurikulum di sini merupakan ciri utama pendidikan di sekolah. Dengan kata lain kurikulum merupakan syarat mutlak, hal ini berarti bahwa kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengajaran. Dapat kita bayangkan bagaimana bentuk pelaksanaan suatu pendidikan. Juga banyak terjadi permasalahan diantaranya kurikulum terlalu padat, tidak sesuai dengan kebutuhan anak, terlalu memberatkan anak, merepotkan guru dan sebagainya. Oleh karena itu akan dilakukan renofasi melalui penerapan kurikulum. Untuk kepentingan tersebut pemerintah memprogramkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau (compatancy based curriculum) sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksaaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan khususnya pada jalur pendidikan sekolah.

jika anda pengen yang lengkap, silahkan unduh disini

PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I 

PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah

  • Islam adalah syari’at yang diturunkan kepada umat manusia dimuka bumi ini agar mereka beribadah kepada-Nya. Penanaman keyakinan terhadap Tuhan hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan baik di rumah, sekolah maupun lingkungan. Pendidikan Agama Islam merupakan kebutuhan manusia yang dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di muka bumi, serta pendukung dan pemegang kebudayaan. 

  • Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyikapi peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa [1]. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Zakiyah Daradjat sebagai berikut: Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup [2]. 

[1] Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi ( Bandung: Rosdakarya, 2004), 130.
[2] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 87.

jika anda pengen yang lengkap, silahkan unduh disini

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)1

BAB I 

PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah

  • Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam manajemen berbasis sekolah. Kepemimpinan berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Prilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan penuh pertimbangan terhadap guru baik secara individu maupun sebagai kelompok (Mulyasa, 2003: 107). 

  • Kepala sekolah sebagai pimpinan di lingkungan sekolah tidak hanya wajib melaksanakan tugas administratif. Namun juga menyangkut tugas bagaimana mengatur seluruh program sekolah. Dia harus mampu memimpin dan mengarahkan aspek-aspek baik administratif maupun proses kependidikan di sekolahnya. Sehingga kepemimpinan di sekolah harus digerakkan sedemikian rupa sehingga pengaruh prilakunya sebagai orang yang memegang kunci dalam perbaikan administratif dan pengajaran harus mampu menggerakkan kegiatan-kegiatan dalam rangka inovasi di bidang pengajaran. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah dapat mewujudkan misi dan visi, tujuan dan sasaran sekolah melalui program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Maka dari itu kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.

  • Untuk kepentingan itu kepala sekolah harus mampu memobilisasikan sumber daya sekolah dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi program sekolah. Pengembangan kurikulum pembelajaran, sarana dan sumber belajar, hubungan sekolah dan masyarakat dan pencipta iklim sekolah.

jika anda pengen yang lengkap, silahkan unduh disini

Selasa, 01 Mei 2012

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  • Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh perkembangan dunia pendidikan, dimana dunia pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan arah maju mundurnya kualitas pendidikan. Hal ini bisa dirasakan ketika sebuah lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar bagus, maka dapat dilihat kualitasnya. Berbeda dengan lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan hanya dengan sekedarnya maka hasilnyapun biasa-biasa saja.

  • Dari tahun ke tahun, salah satu problem yang dihadapi oleh dunia pendidikan nasional adalah rendahnya mutu pendidikan pada tiap jenjang dan satuan pendidikan terutama jenjang pendidikan dasar dan menengah. Maka sudah sewajarnya kalau menjadi kegelisahan insan pendidikan tentang bagaimana memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan ke arah yang lebih tinggi. Segala upaya telah dilakukan seperti pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya, serta peningkatan kepemimpinan dan manajemen sekolah. Namun demikian, indikator mutu pendidikan tidak menunjukkan perubahan yang cukup berarti.

  • Dalam Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa Pendidikan merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu masyarakat/bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya kualitas masyarakat/bangsa tersebut. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[1]

  • Pendidikan memegang peranan kunci dalam pengembangan sumber daya manusia dan insan yang berkualitas. Secara kuantitas kemajuan pendidikan di Indonesia cukup menggembirakan, namun secara kualitas, perkembangannya masih belum merata. Salah satu komponen yang sering dijadikan sasaran penyebab menurunnya mutu pendidikan adalah kurikulum. Kesan yang muncul di masyarakat adalah setiap ganti menteri pasti ganti kurikulum. Padahal kurikulum yang terdahulu belum tersosialisasi secara merata, tiba-tiba diganti dengan yang baru. Artinya, setiap inovasi pendidikan atau pembelajaran perlu sosialisasi yang merata dan terus menerus, mencakup tidak hanya dimensi-dimensi praktis-operasional, tetapi juga landasan-landasan konseptual filosofisnya.[2]

[1] Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Undang-undang RI No.20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Fokusmedia, 2005), hlm. 95
[2] Muhaimin, Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah, Sekolah dan Perguruan Tinggi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005)

jika anda pengen yang lengkap, silahkan unduh disini

Minggu, 29 April 2012

INOVASI PENDIDIKAN AKHLAK BERBASIS MANAJEMEN QOLBU

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
  • Terjadinya aksi dan tindak kekerasan (violence) akhir-akhir ini merupakan fenomena yang seringkah kita saksikan. Bahkan hal itu hampir selalu menghiasi informasi media masa. Sebagai contoh adalah, terjadinya tawuran antar pelajar, pemerkosaan, pembakaran gedung, pembunuhan, pembantaian, dan tindak anarkis yang lain. Itulah salah satu fenomena krisis akhlak yang kini tengah menimpa bangsa kita. Disamping itu, masih banyak krisis akhlak yang lain, seperti mabuk-mabukkan, penyalahgunaan narkotika, suap dan lain sebagainya. Krisis multi dimensional yang menimpa bangsa ini, salah satu penyebabnya -dan boleh jadi ini merupakan sebab yang paling utama- adalah karena terjadinya krisis moral atau akhlak. Krisis moral terjadi karena sebagian besar orang tidak mau lagi mengindahkan tuntunan agama, yang secara normative mengajarkan kepada pemeluknya untuk berbuat baik, meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat dan munkarat (Az-Zaibari, 2003:5,6).

    jika anda pengen yang lengkap, silahkan unduh disini

      Sabtu, 28 April 2012

      IMPLEMENTASI METODE KONTEMPORER DALAM PEMBELAJARAN AL QUR’AN

      BAB I

      PENDAHULUAN

      A. Latar Belakang

      • Al Qur’an merupakan Kitab Suci yang diturunkan oleh Allah s.w.t kepada Nabi Muhammad s.a.w sebagai mu’jizat dan salah satu rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta. Allah s.w.t. menurunkan KitabNya yang kekal Al Qur’an-agar dibaca oleh lidah-lidah manusia, didengarkan oleh telinga mereka, ditadaburi oleh akal mereka, dan menjadi ketenangan bagi hati mereka.[1] Selain itu Al Qur’an juga merupakan petunjuk kepada jalan yang benar/lurus. Sebagaimana yang tertuang dalam firman Allah Q.S. Al Isro’ ayat 9, yang berbunyi:

      • إنَّ هذا القرآنَ يَهْدِيْ للتيْ هِيَ أقوَمُ ويُبَشرُ المُؤْمنيْنَ الذيْنَ يَعْملوْنَ الصَّالِحَاتِ أنَّ لهُمْ أجْرًا كَبيْرًا (الإسراء: ) Artinya: “Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal sholeh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (Q.S Al Isro’: 9) [2]

      [1] Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al Qur’an (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 175
      [2] Al Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara, Penterjemah/Pentafsir Al Qur’an, 1971) hlm. 425-426

      jika anda pengen yang lengkap, silahkan unduh disini


      Selasa, 24 April 2012

      efektifitas pondok romadon terhadap pengembangan materi pendidikan agama islam di sekolah umum

      PENDAHULUAN 

      A. LATAR BELAKANG

      • Kompleksitas problematika kehidupan di era globalisasi telah menawarkan banyak tantangan dan keuntungan bagi kelangsungan hidup manusia. Dan tantangan yang paling berat dalam hal ini adalah persoalan pilihan nilai moral, budaya, dan keagamaan, terutama bagi kalangan remaja. Hal ini disebabkan oleh faktor psikologis mereka yang mengalami masa pubertas (masa pencarian nilai-nilai/ norma yang dirasa sesuai dengan dunianya). Tantangan tersebut nampaknya menjadi problematika tersendiri bagi para guru agama untuk segera diatasi atau bahkan diantisipasi sedini mungkin.[1]

      • Abu Ahmadi juga menjelaskan bahwa penanaman nilai-nilai agama Islam sejak dini sangatlah diperlukan guna mendukung dan mewujudkan tujuan dari pendidikan agama Islam. Terutama pada masa seperti saat ini, di mana multi krisis telah sangat akrab dengan kehidupan kita, khususnya masalah krisis moral. Selain itu, agama Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Atau, dengan kata lain bahwa ajaran Islam berisi pedoman–pedoman pokok yang harus digunakan untuk menyiapkan kehidupan yang sejahtera di dunia sekarang dan di akhirat nanti. [2]

      • Dengan demikian, peran guru agama Islam di sekolah sangat berpengaruh dalam pembinaan karakter/ kepribadian siswa yang dididiknya. Sebab materi pendidikan agama yang diajarkan lebih sering menyentuh masalah moral dan perilaku manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Dalam hal ini, guru agama diharapkaan dapat mengembangkan potensi positif yang dimiliki oleh setiap siswanya. Karena pada dasarnya setiap insan itu membawa potensi kebaikan sebagaimana telah disabdakan Rasulullah saw: 

      • حَدَّثَناَ عَبْدَانُ أَخْبَرَنَا يُوْنُسُ عَنِ الزُّهْرِى أَخْبَرَنِيْ أَبُوْ سَلْمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيْمَةُ بَهِيْمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تَحُسُّوْنَ فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ.(من صحيح البخاري كتاب الجنائز, رقم: 1270, إذا أسلم الصبي) 
      • ِArtinya: Rasulullah saw bersabda: "Tiada seorang anak pun yang dilahirkan kecuali dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi sebagaimana binatang ternak yang dicocok hidungnya dan apakah kamu menganggap hal itu sebagai suatu paksaan"(H.R. Bukhori, Kitab Jenazah, no 1270, Bab ketika seorang anak masuk Islam).[3]
      [1] Qomar, Mujamil. 2003. Meniti Jalan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. h. 246-247
      [2] Ahmadi, A. dan Uhbiyatti, N. 2001. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Rineka Cipta. h. 110
      [3]Bukhori.1992. Shohih Bukhori. Beirut-Libanon: Darul Kutub Al-Ilmiyah
        jika anda pengen yang lengkap, silahkan unduh disini

        Selasa, 17 April 2012

        EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DALAM MEMBENTUK BI'AH AL-'ARABIYAH

        BAB I 

        PENDAHULUAN 

        A. LATAR BELAKANG

        • Efektifitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa yang direncanakan ataudapat diinginkan dapat terlaksana atau tercapai. Bila ada sepuluh jenis kegiatan yang kita rencanakan, dan tercapai hanya empat kegiatan yang dapat dilaksanakan, maka efektifitas kegiatan kita masih belum memadai. Demikian pula bila ada sepuluh tujuan yang kita inginkan dan ternyata hanya lima yang tercapai, maka usaha untuk mencapai tujuan tersebut masih dipandang kurang efektif. [1]

        • Dalam bidang pendidikan, efektifitas ini dapat kita tinjau dari dua segi: Pertama: Efektifitas mengajar seorang guru terutama mencakup sejauh mana jenisi-jenis kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Kedua: Efektifitas belajar murid terutama menyangkut sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dapat dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh.[2]

        [1] Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Penerbit: Bina Aksara Jakarta, 1986, Hal. 50
        [2] Ibid, Hal. 51

        jika anda pengen yang lengkap, silahkan unduh disini

        Senin, 16 April 2012

        ANALISIS KOMPARATIF ANTARA TEORI BELAJAR DALAM PERSPEKTIF BARAT DAN ISLAM

        BAB I 

        PENDAHULUAN 

        A. Latar Belakang

        • Secara rasional semua ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui belajar. Maka, belajar adalah ”key term” (istilah kunci) yang paling vital dalam usaha pendidikan. Sehingga, tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.[1] Mengingat kecerdasan, kepintaran, dan tujuan pendidikan dapat dicapai tergantung pada sejauh mana proses pembelajaran itu dilakukan. Maka, belajar menjadi penting ketika seseorang ingin mencapai puncak keberhasilan dalam hidupnya. Dengan belajar, ia juga mampu mempertahankan kehidupan sekelompok manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju. Dengan demikian, belajar adalah sebuah keniscayaan untuk memperoleh pengetahuan konseptual-teoritis, mendapatkan keterampilan praktis-aplikatif dan berbudi pekerti luhur.

        • Belajar merupakan kebutuhan dan berperan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan manusia terlahir tidak mengetahui apa-apa, ia hanya dibekali potensi jasmaniah dan rohaniah (QS. An-Nahl:78). Maka sangat beralasan jika mengapa dan bagaimana manusia itu dipengaruhi oleh bagaimana ia belajar.[2]

        [1] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), Cet.3, hlm.59.
        [2] William Berkson, John Wettersten, Psikologi Belajar dan Filsafat Ilmu Karl Popper. Terjemahan oleh Ali Noer Zaman (Yogyakarta: Qalam, 2003), hlm.v.

         jika anda pengen yang lengkap, silahkan unduh disini

        Kamis, 12 April 2012

        Tentang Blog Kumpulan Skripsi

        السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

        Bagi mahasiswa/mahasiswi yang males buat skripsi sendiri, silahkan download di blog mMn ini. anda cari judul yang pas bagi anda..
        bagi yang merasa blok ini baemanfaaat, mohon sambungan do'anya yaaach biar blogku ini menjadi blog ter favorit mulai dari 2012 sampai 3012. hehheheh
        berhubung tidak ada yang mau ditulis lagi ...

        والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

        link :

        mMn